Monday, October 10, 2011

SEJARAH PETERNAKAN DI INDONESIA DARI MASA KE MASA

SEKELUMIT SEJARAH PETERNAKAN DI INDONESIA

usaha peternakan di Indonesia telah di kenal sejak dulu kala. Namun pengetahuan tentang kapan dimulainya proses domestikasi dan pembudidayaan ternak dari hewan liar, maih langka. 

Adanya bangsa ternak asli di seluruh Indonesia seperti sapi, kerbau, kambing, domba, babi, ayam dan itik, memberikan petunjuk bahwa penduduk pertama Indonesia telah mengenal ternak sekurang- kurangnya melalui pemamfaatannya sebagai hasil perburuan. Dengan kedatangan bangsa-bangsa cina, india, arab, eropah dan lain-lain, maka ternak kuda dan sapi yang di bawa serta, bercampur darah dengan ternak asli. Terjadilah kawin silang yang menghasilkan ternak keturunan atau peranakan diberbagai daerah di Indonesia. Disamping itu, dalam jumlah yang banyak masih terdapat ternak asli. Dengan demikian terjadilah tiga kelompok besar bangsa ternak yaitu kelompok pertama adalah bangsa ternak yang masih tergolong asli, ialah ternak yang berdarah murni dan belum bercampur darah dengan bangsa ternak luar. Kelompok kedua adalah kelompok “peranakan”, yaitu bangsa ternak yang telah bercampur darah dengan bangsa ternak luar. Kelompok ketiga adalah bangsa ternak luar yang masih diperkembangbiakkan di Indonesia, baik murni dari satu bangsa atau yang sudah bercampur darah antara sesame bangsa ternak “luar”tersebut. Bangsa ternak demikian dikenal dalam dunia peternakan sebagai ternak “ras” atau ternak “negeri”.

Pentahapan waktu di dalam mempelajari sejarah usaha peternakan di Indonesia, disesuaikan dengan perjalanan sejarah, untuk melihat perkembangan usaha peternakan dalam kurung waktu tahap sejarah. Di dalam kurun waktu tersebut dapat dipelajari sejauh mana pemerintahan di kala itu memperhatikan perkembangan bidang peternakan atau segi pemamfaatan ternak oleh penduduk diwaktu itu.
sejarah usaha peternakan di sajikan dalam dua tahap yaitu :
2. Usaha peternakan di zaman penjajahan, yaitu di zaman VOC, dan zaman Hindia Belanda.

read more...

SEJARAH PETERNAKAN DI INDONESIA PADA ZAMAN PENJAJAHAN

SEJARAH PETERNAKAN DI INDONESIA PADA ZAMAN PENJAJAHAN

Usaha peternakan di zaman penjajahan bangsa asing atas penduduk nusantara banyak terdapat dalam tulisan-tulisan yang berbentuk lapporan maupun buku yang diterbitkan secara resmi. Pengaruh penjajahan dalam bidang peternakan banyak terdapat dalam masa penjajahan V.O.C (Vereaigae Oost Indisehe Compagaie), masa pemerintahan Hindia belanda dan jepang. Laporan – laporan sejarah tentang pengaruh masa pemerintahan inggeris, Portugis dan bangsa lainnya terhadap bidang peternakan sampai saat ini belum banyak diketahui. 

V.O.C

Perhatian V.O.C lebih banyak ditujukan pada perdagangan rempah-rempah yang sangat mahal di pasaran Eropah. Di dalam masa V.O.C (1602-1799) usaha peternakan kuda lebih banyak memperoleh perhatian. Hal ini penting bagi V.O.C untuk kepentingan tentara “Kumpeni” diwaktu itu. Pada masa ini kuda Arab dan Persia dimasukkan dan disilangkan dengan ternak kuda asli.

Dari laporan pemerintah Hindia Belanda diketetahui, bahwa dalam masa V.O.C ternyata usaha peternakan kuda juga mendapat perhatian raja-raja dan sultan-sultan untuk kepentingan lasykar kerajaan dan untuk kepentingan kuda tunggangan raja sewaktu berburu hewan. Yang terkenal adalah peternakan kuda milik sultan Pakubowono III di Mergowati, Kedu, yang terdiri dari kuda Friesland, didirikan pada tahun 1651, tapi ditutup pada tahun 1800.

Perdagangan Ternak

Perdagangan ternak dan pemotongan ternak cukup ramai di zaman V.O.C, terutama dipulau jawa.
Perdagangan ternak antar pulau belum begitu ramai, karena dizman itu, transportasi laut masih dengan kapal layar yang tidak memungkinkan pengangkutan ternak dalam jumlah yang banyak.
Peraturan Peternakan

Peraturan yang dikeluarkan oleh pemerintah V.O.C, yaitu larangan terhadap pemotongan kerbau betina yang masih produktif dalam tahun 1650. Peraturan ini mula-mula diberlakukan dipulau jawa, tetapi kemudian juga meliputi daerah-daerah pengaruh V.O.C lainnya di nusantara dan diperluas dengan larangan pemotongan sapi betina yang masih produktif. Peraturan ini mula-mulabermaksud untuk menjamin pengadaan daging bagi tentara kompeni di Pulau Jawa.

Dalam tahun 1776, peraturan ini ditambah dengan larangan pemotongan ternak kerbau betina putih yang masih proktif.

HINDIA BELANDA

Pada awal pemerintah Hindia Belanda, bidang peternakan belum banyak menarik perhatian selain usaha peternakan kuda sebagai kelanjutan dari kegiatan utama V.O.C dalam bidang peternakan , untuk kepentingan militer, pengangkutan kiriman pos dan untuk memenuhi kepemarah pembesar-pembesar Belanda dan kaum bangsawan sebagai ternak rekreasi dan perburuan hewan.

Selama abad kesembilan belas dan abad ke dua puluh sampai berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda, beberapa kegiatan dalam bidang peternakan perlu dicatat, karena memilih hubungan dengan perkembangan usaha peternakan di zaman pemerintah Indonesia.

Kegiatan dalam bidang peternakan di zaman Hindia Belanda dapat dikelompokkan dalam 10 jenis ialah :
1. Peningkatan mutu ternak
2. Pengadaan peraturan-peraturtan
3. Pameran ternak
4. Pembangunan taman-taman ternak
5. Pembentukan koperasi peternakan
6. Sensus penduduk
7. Pengamanan ternak
8. Pengadaan sarana distribusi dan pemotongan
9. Produksi sera dan vaksin
10. Pendidikan dan penelitian 
read more...

SEJARAH PETERNAKAN DI INDONESIA PADA ZAMAN KERAJAAN-KERAJAAN TUA

ZAMAN KERAJAAN-KERAJAAN TUA

Di zaman kerajaan-kerajaan tua di Indonesia usaha peternakan belum banyak di ketahui. Beberapa petunjuk tentangmamfaat ternak di zaman itu serta perhatian pemerintah kerajaan terhadap bidang peternakan telah muncul dalam berbagai tulisan  prasasti atau dalam kitab-kitab cina kuno yang diteliti dan dikemukakan oleh para ahli sejarah. Sangat menarik apa yang dikatakan oleh para ahli sejarah tentang kegunaan ternak di zaman kerajaan-kerajaan Taruma Negara, Sriwijaya, Mataram, Kediri, Sunda, Bali dan Majapahit. Ternak di zaman kerajaan-kerajaan tua ini telah memilki tiga peranan penting dalam masyarakat dan penduduk, uaitu sebagai perlambang status social, misalnya sebagai hadiah Raja kepada penduduk atau pejabat yang berjasa kepada raja. Peranan kedua adalah sebagai barang  niaga atau komoditi ekonomi yang sudah diperdagangkan atau dibarter dengan kebutuhan hidup yang lainnya. Dan peranan ketiga adalah sebagai tenaga pembantu manusia baik untuk bidang pertanian maupun untuk bidang transportasi.

Tarumanegara

Kerajaan yang berpusat di jawa barat ini telah member perhatian terhadap ternak, terutama ternak besar. Hal ini terdapat pada prasasti batu. Pada upacara pembukaan saluran Gomati yang dibuat sepanjang sebelas kilometre, Raja Purnawarman yang memerintah Tarumanegara dimasa itu telah menghadiahkan seribu ekor sapi kepada kaum Brahmana dan para tamu kerajaan.

Sriwijaya

Salah satu kegemaran penduduk Sriwijaya adalah permainan adu ayam. Oleh karena itu ternak ayam sudah mendapat perhatian. Disamping itu ternak babi juga banyak dipelihara oleh penduduk. Sebagaimana kita tahu bahwa kerjaan Sriwijaya sangat luas daerah kekuasaanya dimasa itu. Terdapat petunjuk bahwa ternak kerbau dan kuda sudah diternakkan diseluruh kerajaan Sriwijaya. Ternak sapi baru terbatas di pulau Jawa, Sumatra dan Bali.

Mataram

Ternak sapid an kerbau adalah dua jenis ternak besar yang memperoleh perhatian raja-raja Mataram pada abadke VIII Masehi. Kedua jenis ternak ini memilki hubungan erat dengan pertanian, disamping perlambang status. Pada tulisan prasasti Dinaya diceritakan bahwa diwaktu peresmian sebuah area didesa Kanjuruhan dalam tahun 760 SM, Raja Gayana yang memerintah Kerajaan Mataram dimasa itu telah menghadiahkan tanah, sapi, dan kerbau kepada para tamu kerajaan dan kepada kaum Brahmana. Terlihat disini, bahwa hadiah kerajaan dalam bentuk ternak, memiliki kesamaan dengan apa yang dilakukan oleh raja Purnawarman dari kerajaan Tarumanegara.

Kediri

Kediri adalah suatu kerajaan yang rakyatnya makmur dan sejahtera, karena kerajaan ini telah memajukan berbagai bidang kehidupan termasuk peternakan. Hal ini terdapat di dalam kitab Cina Ling-wai-tai-ta yang disusun oleh Chou-K’u-fei dalam tahun 1178 M. dikatakan bahwa rakyat kerajaan Kediri hidup dalam kemakmuran dan kesejahteraan karena pemerintah kerajaan memperhatikan dan memajukan bidang pertanian, peternakan, perdagangan dan penegakan hokum.
Sunda

Dimasa kerajaan sunda, kita mulai mengetahui adanya tataniaga ternak. Hal ini disebabkan berkembangnya 6 kota pelabuha di daerah kekuasaan Kerajaan Sunda, yaitu : Bantam, Pontang, Cigede, Tamgara, Kalapa dan Cimanuk. Hasil pertanian termasuk peternakan sangat ramai diperdagangkan dikota-kota pelabuhan ini.

Semua ini diceritakan dalam buku petualang Portugis, tome Pires. Dikatakan bahwa kemakmuran kerajaan Sunda terlihat dari hasil pertanian yang diperdagangkan dikota-kota pelabuhan, meliputi : lada, sayur-mayur, sapi ,kambing, domba, babi, tuak dan buah-buahan.

Karena kerajaan sunda juga memajukan kesenian dan permainan rakyat di waktu itu, maka terdapat petunjuk bahwa permainan rakyat adu-domba telah berkembang dizaman kerajaan sunda.
Bali 

Di zaman kerajaan Bali, kita mulai mengetahui adanya penggunaan tanah penggembalaan ternak atau tanah pangonan. Rakyat kerajaan Bali di zaman pemerintahan raja Anak Wungsu ( 1049-1077 M), memohon kepada raja untuk dapat menggunakan tanah milik raja bagi tempat penggembalaan ternak, karena tanah milik mereka tak dapat lagi menampung ternak yang berkembang begitu banyak. Semua jenis ternak yang telah diternakkan oleh penduduk kerajaan Bali. Yaitu : kambing, kerbau, sapi, babi, kuda, itik, ayam dan anjing. Raja anak wungsu mengangkat petugas kerajaan untuk mengurus ternak kuda milik kerajaan  (Senapati Asba ) dan petugas urusan perburuan hewan (Nayakan).

Dimasa kerajaan Bali inilah ternak Sapi Bali yang sangat terkenal dewasa ini, mulai berkembang dengan baik.

Majapajit

Di zaman kerajaan Majapahit kuta mulai diperkenalkan dengan teknologi Luku yang ditarik sapid an kerbau. Penggunaan tenaga ternak sebagai tenaga tarik pedati dan gerobak meliputi ternak kuda, sapid an kerbau. Hasil pertanian melimpah sehingga rakyat Majapahit hidup makmur dibawah pemerintahan raja Hayam Wuruk dan Maha Patih Gajah Mada.
Kerajaan-kerajaan di Pulau Sumatera, jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa, yang berada di bawah kekuasaan majapahit juga meniru teknik pertanian sawah dengan penggunaan tenaga ternak dari kerjaan majapahit. Namun penggunaan ternak sebagai tenaga tarik sudah meluas keseluruh daerah kekuasaan majapahit lainnya di Nusantara.

Menjelang berakhirnya kerajaan Majapahit belum mendapat petunjuk bahwa teknologi luku dengan ternak sapid an kerbau sebagai tenaga tarik sudah masuk ke Kalimantan, Sulawesi dan kepulauan di Indonesia bagian timur lainnya. Maka dapatlah disimpulkan bahwa teknologi sawah dengan sapid an kerbau sebagai penarik luku baru sempat disebarkan di pulau-pulau Sumatra, Jawa, Bali, Lombok dan Sumbawa di Zaman Majapahit.

Disamping penggunaan ternak dalam bidang pertanian, ternak gajah dan sapi adalah ternak “kebesaran”, karena raja-raja Majapahit bila keluar istana dengan naik gajah  kehormatan atau naik kereta kerajaan yang ditarik sapi, seperti yang ditulis dalam berita-berita Cina.  Dengan demikian dapatlah dikatakan juga bahwa kereta kerajaan dengan kuda  sebgai ternak tarik baru muncul pada kerajaan-kerajaan setelah zaman Majapahit.

read more...